banner

Saturday, October 27, 2018

Memajang Keindahan Topeng



Sebetulnya, dalam pemahaman sebagai kedok penutup muka, topeng telah dipakai dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia. Dari melindungi muka terhadap ancaman penyakit menular, menghindari cedera dalam olah raga, hingga menyembunyikan identitas para pelaku kriminal. Namun penyebutan topeng nampaknya lebih lekat ke berbagai aktifitas budaya, khususnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari estetika seni pertunjukan dan ritual adat. Dalam hal ini, Indonesia dikenal sangat kaya akan keragaman seni topeng yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara.

Dalam perkembangannya, seni topeng tidak hanya hilir mudik di wilayah seni pertunjukan maupun ritual adat. Keunikan dan keindahan sebuah topeng berikut beragam ekspresinya mengundang hasrat untuk menyajikannya secara lebih permanen sebagai elemen dekoratif, bukan hanya semata muncul sekelebat di atas panggung atau dalam sebuah upacara berkala.

Ragam bentuk topeng dalam aplikasi dan sudut pandang dekoratif ini tampak menarik dalam program residensi “Javanese Masks” Solo Exhibition by Robet Kan feat. Friends yang digelar di ViaVia Travelers Café, Yogyakarta 26 Mei hingga 10 Juni 2012 lalu.

Topeng Jawa sebagai sebuah tema diangkat oleh Robert Kan, seorang seniman yang terbiasa mengangkat tema-tema tradisional Jawa, khususnya terhadap seni topeng diYogyakarta. Menurutnya, topeng adalah cerminan berbagai ekspresi dan karakter manusia. Setiap oleh orang bisa memiliki berbagai macam karakter sekaligus, tergantung ‘topeng’ apa yang dipakainya. Ketertarikan inilah yang membawa Kan untuk menggali lebih dalam tentang sejarahnya. Penelitian dilakukannya dengan mengunjungi para pengrajin topeng di Desa Krebet dan Desa Diro di Bantul yang memang terkenal dengan para pengrajin topengnya.

Dari penelitiannya itu, Kan berhasil memahami pakem atau aturan, sejarah serta fungsi pembuatan sebuah topeng Jawa. Hingga akhir abad ke-18, ternyata topeng hanya dipergunakan sebagai bagian dari sebuah aktifitas kesenian, seperti pementasan tari yang dilakukan eksklusif lakon Ramayana dan Mahabharata di dalam tembok keraton. Seiring jaman yang terus berkembang, pementasan tari topeng akhirnya bisa dikembangkan dan disajikan di luar keraton hingga saat ini. Fungsi topeng pun kemudian tak hanya menjadi bagian sebuah pertunjukan seni, namun juga berkembang menjadi benda pajangan yang menarik dan memiliki nilai dekoratif tinggi.

Pameran “Javanese Masks” mempersandingkan karya topeng tradisional yang masih sesuai pakem dengan karya topeng modern. Kan juga mengajak sejumlah pengrajin topeng untuk berkolaborasi topeng dan lukisan dengan berbagai interpretasi dan beragam bahan. Pameran ini akhirnya menjadi menjadi sebuah sajian kolektif yang menggabungkan karya topeng tradisional dan modern, lukisan, mural dan instalasi, menyatu dalam suasana sebuah café.

Pameran ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan tentang topeng sebagai benda seni berikut aplikasinya di masyarakat yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement