banner

Tuesday, September 11, 2018

‘Spontaneous Gathering’ ala Kabare



Sekar Kedhaton, sebuah resto eksotis di bilangan Kotagede, Kamis malam 14 Juni lalu menjadi ajang saat untuk sekian kalinya Majalah Kabare menyambut tamu-tamu istimewa Kota Yogyakarta. Jamuan menu klasik khas Jawa secara khusus digelar untuk menyambut kehadiran His Excellency Mr. Mohamed Antar, Duta Besar Republik Tunisia untuk Indonesia.

Siang sebelumnya, Mr. Mohamed Antar telah diterima Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Kantor Gubernur, Kepatihan, Yogyakarta. Didampingi Moetaryanto Poerwoaminoto, Konsul Kehormatan Republik Tunisia di Yogyakarta, pertemuan tersebut membahas keinginan pihak Tunisia untuk membangun Islamic Culture Center Tunisia, sekaligus mengembangkan hubungan kerja sama pariwisata antar provinsi.

Nuansa hangat penuh keakraban malam itu adalah sebuah even spontan penuh improvisasi diprakarsai oleh Indro Kimpling Suseno dari Majalah Kabare, yang seperti biasanya berhasil mempertemukan sejumlah tokoh yang tidak saling kenal sebelumnya untuk duduk bersama dalam satu meja, menjalin silaturahmi, mengembangkan jejaring, sekaligus berbagi kisah dari masing-masing yang hadir tentang aktifitas yang digelutinya.

Sejumlah tamu yang dihadirkan bergabung dalam jamuan makan malam itu adalah GBPH. H. Prabukusumo, S.Psi. dari Keraton Kasultanan Yogyakarta, serta 3 orang perempuan istimewa yang kebetulan sedang berkunjung ke Jogja, yaitu: Astari Rasyid, Sekar Ayu Asmara dan Connie Rahakundini Bakrie. Hadir pula Mikke Susanto (kurator dan pengamat seni rupa), L. Sudarsana dan Adji Saptadji (General Manager dan Executive Assistant Manager Manager Royal Ambarrukmo Hotel) serta Agus Yuniarso (Redaktur Pelaksana Majalah Kabare).

Sebagai duta negara sahabat, Mr. Mohamed Antar berkesempatan mengenal lebih jauh banyak hal menarik seputar kehidupan sosial dan budaya Indonesia. Kisah-kisah menarik pun meluncur langsung dari mereka yang memang dikenal mumpuni dalam bidang yang digelutinya.

Astari Rasyid adalah sosok terkemuka di dunia seni rupa Indonesia. Sebagai salah satu perupa kontemporer, karya lukisannya dikenal khas dengan tema-tema eksploratif seputar isu kehidupan perempuan dalam tradisi budaya Jawa modern. Diantara karya-karyanya yang acapkali bernuansa humor, terselip sentilan dan kritik sosial tajam yang disajikan sedemikian rupa, tanpa mengabaikan prinsip keseimbangan yang merupakan salah satu ciri budaya Jawa. Sejak awal tahun 1980-an, lulusan University of Minnesota USA dan Painting Course Royal College Art London, Inggris ini aktif menggelar karya dalam pameran lukisan di Jakarta, Singapura, Amerika Serikat, Perancis, dan berbagai kota dunia lainnya.

Sekar Ayu Asmara adalah pekerja seni otodidak yang dikenal sebagai komponis, pelukis, serta penulis sekaligus sutradara film. Sebagai komponis, perempuan multi talenta ini antara lain berperan sebagai Produser Musik dalam film Ca Bau Kan (2001), sementara lagu-lagu ciptaannya juga dikenal luas lewat suara emas Rita Effendy, seperti Telah Terbiasa (1995), Saling Setia (1996) dan Bahasa Kalbu (1999). Dalam bidang sinematografi, Sekar Ayu Asmara banyak mendapatkan penghargaan atas karyanya, seperti ‘Biola Tak Berdawai’ yang meraih The Naguib Mahfouz Prize dalam ajang Festival Film Kairo 2003 dan ‘Belahan Jiwa’ yang meraih Best International Feature Film di New York Independent Video & Film Festival 2007.

Connie Rahakundini Bakrie adalah satu-satunya perempuan yang menjadi pengamat militer di Indonesia yang namanya mencuat sejak menerbitkan buku berjudul "Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal”. Beberapa pidato penting tentang pertahanan Indonesia telah dipaparkannya di berbagai forum kelas dunia, seperti di National Defence University (NDU), The East West Center, Washington DC, ASEM EU Brussel, Geneva Centre for Security Policy, Delhi Dialogue, serta Komisi Luar Negeri dan Departemen Pertahanan Inggris di London. Pengajar di Universitas Indonesia ini juga aktif memberikan pandangannya di Dewan Pertahanan Nasional , Lemhannas, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, dan Mabes TNI.

Sementara Mikke Susanto adalah dosen muda di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sekaligus kurator dan pengamat seni rupa. Sebagai kurator, namanya tercatat diantara 408 kurator dunia versi majalah online Universes in Universe – Worlds of Art, sebuah situs independen non komersial yang mengupas seni visual dalam konteks seni internasional. Salah satu aktifitas penting yang digelutinya saat ini adalah konsultan kurator koleksi lukisan dan benda-benda seni di Istana Kepresidenan RI.

Keakraban malam itu, ternyata tidak berakhir di Sekar Kedhaton. Nuansa lebih santai menyambut ketika rombongan menyempatkan singgah di Kampayo Corner - sebuah café yang dikelola oleh keluarga musisi, penyanyi dan artis panggung Yogyakarta - tak jauh dari kawasan Kotagede.

Suasana pun semakin meriah ketika Burhan Abe, publicist dari Vox Populi Creative Syndicate yang kebetulan menjadi content advisor untuk Majalah Kabare, hadir bergabung bersama rombongan jurnalis dari sejumlah media Jakarta, seperti Agus Siswanto (Market+), Oky Hartanto (Juice), Arief (Koran Jakarta), Putri Rizqi Hernasari (Detik.com), Fitri Yulianti (OkeZone), Winda (Tempo), Wahyu Indrasto (Eksekutif), Eddy Rianto (TravelTextOnline.com), Lily (Tourism Watch), dan lain-lain.

Di café yang setiap malam menyajikan live music ini, mereka berkumpul dan berbagi dalam suasana hangat dan akrab, sembari sesekali menyempatkan diri menyumbangkan suara merdu melantunkan lagu-lagu indah. Menjamu tamu-tamu Jogja, menjalin silaturahmi dan mengembangkan jejaring. Inilah bentuk spontaneous gathering khas ala Majalah Kabare.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
This Is The Oldest Page

Advertisement